livebolaku.com

Loading

Archives June 1, 2025

  • Jun, Sun, 2025

Gak cuma Persija, ini dia daftar klub sepak bola di Jakarta

Pesepak bola Borneo FC Samarinda Mariano Peralta (kanan) menendang bola dengan diadang pesepak bola Persija Jakarta Ramon Bueno (kiri) dalam pertandingan Liga 1 2024/2025 di Stadion Segiri, Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu (4/5/2025). Borneo FC Samarinda kalahkan Persija Jakarta dengan skor akhir 1-0. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/YU.

Jakarta (ANTARA) – Selama satu dekade terakhir, eksistensi klub-klub sepak bola di wilayah Jakarta belum mampu menandingi dominasi Persija Jakarta. Macan Kemayoran tercatat sebagai satu-satunya klub asal Ibu Kota yang secara konsisten bersaing di kasta tertinggi Liga Indonesia.

Padahal, denyut kehidupan sepak bola Jakarta tak hanya datang dari Persija. Sejumlah klub lain juga masih eksis dan aktif berkompetisi, meskipun mayoritas hanya berlaga di level amatir seperti Liga 4 Zona DKI Jakarta. Beberapa di antaranya bahkan memiliki sejarah panjang dan peran penting dalam pengembangan sepak bola usia muda di Jakarta.

Baca juga: Persija pecat Carlos Pena dan tunjuk Ricky Nelson sebagai caretaker

Berikut daftar klub sepak bola yang bermarkas di Jakarta selain Persija:

1. PSJS Jakarta Selatan (Jaksel FC)

Didirikan pada 1975, klub ini semula bernama Persija Selatan-Barat (Selbar), sebelum akhirnya pecah menjadi PSJS dan Persija Barat. PSJS pernah menembus Divisi I Perserikatan (1988) dan Liga Indonesia (2012), namun belum pernah tampil di kasta tertinggi. Kini, klub tersebut berganti nama menjadi Jaksel FC dan berlaga di Liga 4 Zona DKI Jakarta. Klub ini aktif dalam pembinaan usia muda seperti di ajang Piala Soeratin.

2. Persija Barat FC

Bermarkas di Stadion Cenderawasih, Cengkareng, Jakarta Barat, klub ini berkiprah di Liga 4 dan sempat menembus semifinal Zona DKI pada musim 2021. Fokus utama klub ini adalah pengembangan pemain muda melalui kompetisi internal Askot PSSI Jakarta Barat.

3. Persitara Jakarta Utara

Laskar Si Pitung adalah salah satu klub dengan sejarah paling kuat di Jakarta selain Persija. Pernah bermain di Divisi Utama Perserikatan 1985/1986 dan bersaing dengan Persija di kompetisi Liga Indonesia 2006. Namun sejak terdegradasi pada 2010, klub ini sulit bangkit kembali. Hanya loyalitas suporter NJ Mania menjadi salah satu pilar utama keberlanjutan klub ini.

4. Urakan FC

Klub dengan nama unik ini merupakan singkatan dari Ulet Rajin Kreatif Anti Narkoba. Bermarkas di Lapangan Gedong, Jakarta Timur, Urakan FC saat ini bermain di Liga 4 Zona DKI Jakarta.

Baca juga: Borneo FC menang tipis 1-0 saat jamu Persija

5. ABC Wirayudha FC

Berdiri pada 5 Oktober 1978, ABC Wirayudha FC adalah anggota Asprov PSSI DKI Jakarta yang bermarkas di Lapangan Gongseng, Jakarta Timur. Klub ini telah aktif dalam berbagai kompetisi regional sejak era Askot PSSI Jakarta Timur.

6. Bintang Kranggan FC (BKFC)

BKFC berdiri sejak 1986 dan bermarkas di Lapangan Hankam Kalimanggis, Jakarta Timur. Klub ini juga menjadi peserta Liga 4 Zona DKI Jakarta.

7. Taruna Persada FC

Merupakan anggota Asprov PSSI DKI Jakarta, klub ini aktif sejak 2016 di Liga 4 dan bermarkas di Lapangan Sepakbola Ceger, Jakarta Timur.

8. Jakarta United FC

Dulunya bernama Jakarta Timur FC, klub ini berganti nama menjadi Jakarta United FC pada 2018. Klub amatir ini bermarkas di Stadion GOR Ciracas, Jakarta Timur dan saat ini bermain di Liga 4 Jakarta.

9. PS Bina Taruna

Didirikan pada 11 November 1972, PS Bina Taruna dikenal dengan julukan Elang Timur. Klub ini bermarkas di Stadion Bea Cukai, Jakarta Timur, dan konsisten mengikuti Liga 4 Jakarta.

Baca juga: Persija Jakarta bertekad bangkit saat jamu Bali United di JIS

10. PS Pemuda Jaya

Salah satu klub tertua di Jakarta, berdiri pada 28 Oktober 1959. Klub ini awalnya merupakan organisasi kepemudaan pasca-kemerdekaan. Saat ini hanya cabang Jakarta Timur yang masih aktif dan bermarkas di GOR Pondok Bambu.

11. Batavia FC

Dikenal dengan julukan The Batavians, klub ini bermarkas di Stadion Soemantri Brodjonegoro atau kadang di Soccer Field Pancoran, Jakarta Selatan. Batavia FC menjuarai Liga 3 DKI Jakarta 2021 dan Liga 4 DKI Jakarta 2025. Klub ini dimiliki oleh tokoh sepak bola nasional, Gede Widiade.

12. ASIOP FC

Akademi Sepak Bola Intinusa Olah Prima berdiri pada 28 September 1997 dan telah mencetak banyak pemain nasional seperti Andritany Ardhiyasa dan Achmad Jufriyanto. Klub ini kini memiliki tim senior yang bermain di Liga 4 dan bermarkas di Asiop Stadium, Jakarta Pusat.

13. Jakarta City FC

Sebelumnya bernama Putra Citra Muda FC, klub ini berganti nama menjadi Jakarta City FC pada 2020. Bermarkas di Stadion Kamal Muara, Jakarta Utara, klub ini aktif berkompetisi di Liga 4 Jakarta dengan julukan The Batavian.

Keberadaan klub-klub ini membuktikan bahwa Jakarta tidak kekurangan potensi sepak bola. Namun, tantangan utama tetap pada pendanaan, manajemen, serta minimnya dukungan infrastruktur. Meski demikian, upaya pengembangan pemain muda dan partisipasi aktif di liga amatir menjadi langkah penting dalam menjaga eksistensi sepak bola di Jakarta.

Lewat kompetisi yang sehat dan dukungan dari berbagai pihak, bukan tak mungkin di masa depan klub-klub ini bisa kembali bersaing di kasta tertinggi dan mendampingi Persija Jakarta sebagai wakil Ibu Kota di pentas nasional.

Baca juga: Ricky Nelson beri suntikan motivasi kepada Persija jelang lawan Borneo

Baca juga: Stefano Cugurra buka peluang kembali latih Persija Jakarta

Pewarta: Raihan Fadilah

Editor: Suryanto

Copyright © ANTARA 2025

  • Jun, Sun, 2025

Fakta gaji pemain sepak bola Indonesia: Bisa ratusan juta rupiah

Pemain Madura United Taufik Hidayat (kanan) berusaha merebut bola dari pemain Persebaya Surabaya Arief Catur Pamungkas (ketiga kiri bawah) saat pertandingan pekan ke-29 BRI Liga 1 Indonesia di Stadion GBT Surabaya, Minggu (20/4/2025) malam. (ANTARA/Rizal Hanafi)

Jakarta (ANTARA) – Gaji pemain sepak bola di Indonesia selama ini kerap menjadi bahan perbincangan publik. Meski sering dianggap memiliki penghasilan tinggi, nilai pasti gaji para pemain belum pernah diungkap secara terbuka oleh klub-klub sepak bola nasional.

Tidak seperti di Eropa, di mana gaji pemain diketahui luas oleh publik dan sering dilaporkan media, klub-klub di Indonesia cenderung tertutup dalam hal ini. Informasi yang tersedia di ranah publik biasanya hanya berupa nilai pasar pemain yang dapat diakses melalui situs Transfermarkt.

Namun, sedikit gambaran mengenai besaran gaji pemain sepak bola di Tanah Air sempat diungkapkan oleh Manajer Persebaya Surabaya, Candra Wahyudi, dalam sebuah wawancara di kanal YouTube MAINBASKET. Video tersebut tayang pada 19 Maret 2021 dengan judul Mengintip Besar Gaji Pemain Basket dan Sepak Bola Bersama Manajer Persebaya.

Dalam video itu, Candra menjelaskan bahwa rata-rata gaji pemain sepak bola lokal di Indonesia berada di kisaran puluhan juta rupiah per bulan. Sementara itu, pemain asing yang merumput di kompetisi nasional umumnya digaji hingga ratusan juta rupiah setiap bulan.

Baca juga: Indonesia terhenti di perempat final AFC Women’s Futsal 2025

“Kalau di Indonesia, rata-rata ya, per bulannya masih di puluhan juta rupiah untuk pemain lokal. Sementara pemain asing rata-rata sudah ratusan juta per bulan,” ujar Candra.

Lebih lanjut, ia juga mengungkap kisaran gaji tertinggi yang diterima oleh para pemain sepak bola profesional di Indonesia. Menurutnya, pemain asing bisa memperoleh gaji tertinggi antara Rp250 juta hingga Rp300 juta per bulan. Sedangkan untuk pemain lokal, gaji tertinggi berkisar antara Rp130 juta sampai Rp150 juta per bulan.

“Itu belum termasuk bonus, terima bersih,” tambahnya.

Terkait sistem pembayaran gaji, Candra menjelaskan bahwa skema kontrak sangat bergantung pada kebijakan masing-masing klub. Tidak ada standar baku dalam kontrak pemain di Indonesia. Beberapa klub ada yang memberikan down payment (DP) di awal, sementara lainnya membayarkan gaji secara rutin setiap bulan.

“Secara umum, kalau di Indonesia kontrak pemain tidak ada standarnya. Tergantung klub masing-masing. Yang sering dipakai adalah sistem kontrak satu tahun dengan nilai tertentu. Nah, nilai kontrak itu di-breakdown bisa dibayar per bulannya atau tidak tergantung kesepakatan,” ujar Candra.

Dengan demikian, meskipun angka pasti gaji pemain sepak bola di Indonesia masih bersifat tertutup, informasi dari para pelaku industri seperti manajer klub dapat memberikan gambaran umum mengenai besaran penghasilan pemain.

Hal ini juga mencerminkan semakin profesionalnya dunia sepak bola Indonesia yang terus berkembang, meski masih menghadapi tantangan dalam hal transparansi dan standardisasi sistem kontrak pemain.

Baca juga: Tanggapi sanksi FIFA, Menpora ajak suporter lebih santun

Baca juga: Besok pagi, PSSI buka penjualan tiket timnas Indonesia melawan China

Pewarta: Raihan Fadilah

Editor: Suryanto

Copyright © ANTARA 2025

  • Jun, Sun, 2025

Segini gaji pemain asing di Liga 1: Ratusan juta sebulan!

Pesepak bola asing baru Persebaya Surabaya Dejan Tumbas (kiri) mengikuti latihan di Lapangan THOR, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (16/1/2025). Tim bajul ijo resmi merekrut dua pemain asing baru yakni Dejan Tumbas asal Serbia berposisi penyerang dan Dime Dimov asal Makedonia Utara berposisi bek untuk mengarungi BRI Liga 1 putaran kedua. ANTARA FOTO/Rizal Hanafi/foc.

Jakarta (ANTARA) – Pertanyaan mengenai besaran gaji pemain asing yang berlaga di kompetisi Liga 1 Indonesia mulai terungkap. Selama ini, gaji pemain sepak bola, khususnya pemain asing, menjadi isu yang jarang dibuka ke publik karena klub-klub Tanah Air enggan mempublikasikan secara terbuka nilai kontrak para pemainnya.

Namun, informasi terkait besaran gaji tersebut sempat disampaikan oleh Manajer Persebaya Surabaya, Candra Wahyudi, dalam sebuah wawancara yang ditayangkan di kanal YouTube MAINBASKET pada 19 Maret 2021.

Dalam video berjudul Mengintip Besar Gaji Pemain Basket dan Sepak Bola Bersama Manajer Persebaya, Candra mengungkap bahwa pemain asing di Liga 1 bisa menerima gaji hingga ratusan juta rupiah per bulan.

“Gaji paling tinggi pemain asing bisa mencapai Rp250 juta sampai Rp300 juta per bulan. Untuk lokal, paling besar antara Rp130 juta sampai Rp150 juta per bulan. Itu belum termasuk bonus, terima bersih,” kata Candra dalam video tersebut.

Menurut Candra, besaran gaji pemain asing sangat bergantung pada sejumlah faktor, termasuk pengalaman bermain di liga-liga luar negeri. Pemain yang pernah berlaga di liga top Eropa, misalnya, cenderung memiliki nilai kontrak lebih tinggi karena dianggap memiliki kualitas dan pengalaman lebih baik.

Baca juga: Alexis Messidoro berambisi bawa Dewa United tampil di kompetisi

Selain itu, peran dan kontribusi pemain dalam tim juga menjadi pertimbangan utama klub dalam menentukan nilai kontrak. Pemain asing yang mampu memberikan dampak signifikan terhadap performa klub biasanya mendapatkan bayaran lebih tinggi.

“Kalau di Indonesia, rata-rata ya, per bulannya masih di puluhan juta rupiah untuk pemain lokal. Sementara pemain asing rata-rata sudah ratusan juta per bulan,” ujar Candra.

Candra juga menegaskan bahwa sistem pembayaran gaji pemain bergantung pada kebijakan masing-masing klub. Tidak ada standar kontrak yang diberlakukan secara seragam di seluruh klub Liga 1. Umumnya, klub menggunakan sistem kontrak berdurasi satu tahun dengan nilai tertentu, yang kemudian dapat dibayarkan secara bulanan atau dalam bentuk lain seperti down payment (DP).

“Secara umum, kalau di Indonesia kontrak pemain tidak ada standarnya. Tergantung klub masing-masing. Yang sering dipakai adalah sistem kontrak satu tahun dengan nilai tertentu. Nah, nilai kontrak itu di-breakdown bisa dibayar per bulannya atau tidak tergantung kesepakatan,” jelas Candra.

Hingga kini, informasi paling mendekati mengenai nilai gaji pemain sepak bola di Indonesia masih berasal dari nilai pasar yang tercantum di situs Transfermarkt. Berbeda dengan di Eropa, di mana informasi gaji pemain lebih terbuka dan sering menjadi sorotan media, transparansi terkait hal ini masih menjadi tantangan di Indonesia.

Meski demikian, pernyataan dari pihak manajemen klub seperti yang disampaikan oleh Candra Wahyudi setidaknya memberikan gambaran mengenai tingginya nilai kontrak pemain asing di Liga 1, yang bisa mencapai angka ratusan juta rupiah setiap bulan.

Baca juga: PSSI dan LIB Gelar Pelatihan VAR untuk Liga 2 Musim 2025/26

Baca juga: Jadwal Liga 1: persaingan menghindari zona degradasi semakin panas

Pewarta: Raihan Fadilah

Editor: Suryanto

Copyright © ANTARA 2025